Dikelola Humas DPW PKS Sulawesi Utara. Powered by Blogger.

Hikmah Surat Al 'Abasa dan Dakwah PKS

Pembukaan Rapat Koordinasi Wilayah DPW PKS Sulawesi Utara diawali dengan tasmi' hafalan Al Quran surat Al Abasa oleh siswa SDIT Kotamobagu, Hilyatul Jannah Damopolii.

Sebab turunnya surat ini –sebagaiamana disepakati oleh para mufassir- adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu 'anhaa:

أُنْزِلَ عَبَسَ وَتَوَلَّى فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُوْمٍ الأَعْمَى أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرْشِدْنِي، وَعِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ عُظَمَاءِ الْمُشْرِكِيْنَ فَجَعَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْرِضُ عَنْهُ وَيُقْبِلُ عَلَى الآخَرِ وَيَقُوْلُ أَتَرَى بِمَا أَقُوْلُ بَأْسًا فَيَقُوْلُ لاَ فَفِي هَذَا أُنْزِلَ
#

"Diturunkan surat 'Abasa wa Tawallaa' tentang Ibnu Ummi Maktum yang buta, ia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata : "Wahai Rasulullah berilah pengarahan/petunjuk kepadaku". Dan di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada seseorang dari para pembesar kaum musyrikin. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallampun berpaling dari Ibnu Ummi Maktum dan berbalik ke arah lelaki (musyrik) tersebut dan berkata : "Apakah menurutmu apa yang aku katakan (sampaikan kepadamu tentang dakwah tauhid-pen) baik?", maka lelaki pembesar musyrik tersebut berkata : "Tidak". Karena inilah turun surat 'Abasa." (HR At-Tirmidzi no 2651, shahih)

Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa para pembesar musyrikin yang sedang didakwahi oleh Nabi tersebut adalah Utbah bin Rabi'ah, Abu Jahl bin Hisyam, Ummayah bin Khalaf,dan Ubay bin Khalaf. Nabi mendakwahi mereka dan mengharapkan keislaman mereka. (Lihat Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi pada tafsir surat 'Abasa)

Ustadz Dr Abu Abdil Muhsin menjelaskan hikmah turunnya surat tersebut, ternyata Allah sama sekali tidak pernah menimbang manusia dengan ketenaran, atau terpandang dan tidaknya orang tersebut, atau dengan kekayaan dan kedudukan orang tersebut. Yang ini semua adalah tolak ukur kebanyakan manusia dalam menimbang dan menghormati orang lain. Semakin kaya, semakin terpandang, dan semakin tenar, maka akan semakin dihormati oleh masyarakat. Adapun tolak ukur timbangan Allah adalah ketakwaan. (إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ). Terlebih lagi di akhirat, tidak ada pembeda manusia kecuali keimanan. Hanya ada dua kelompok, di surga dan di neraka!

Hendaknya semua orang kita dakwahi tanpa membeda-bedakan kondisinya. Akan tetapi bagi seorang dari semua orang sama, ia berdakwah kepada siapa saja, kepada orang kaya, kepada orang miskin, kepada orang tua, anak muda, kerabat, maupun orang jauh.

Ternyata banyak orang-orang miskin dari kalangan para sahabat yang akhirnya menjadi tokoh-tokoh pejuang Islam yang berjasa bagi Islam. Diantara para sahabat yang miskin kemudian menjadi para pejuang Islam adalah seperti Bilaal, 'Ammar bin Yaasir, Salman Al-Farisi, Abu Hurairoh, dll, yang semua para sahabat tersebut bukanlah dari golongan kaya dan terpandang!

Keberhasilan dakwah adalah perkara yang ghaib, maka jangan sampai karena memikirkan kemaslahatan dakwah lantas kita menimbang sesuatu bukan dengan timbangan syari'at akan tetapi dengan timbangan manusia dan materi.

Lihatlah, apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah ijtihad yang sangat beralasan, dan memiliki tujuan yang sangat mulia, agar dakwah cepat tersebar. Terlebih lagi kejadian ini terjadi di awal dakwah Nabi yaitu di Mekah, dimana kaum muslimin ditindas, sehingga Nabi sangat membutuhkan orang-orang yang kuat dan terpandang untuk masuk Islam, agar bisa membela Islam. Sampai-sampai sebagian ulama menyatakan bahwasanya kalau salah seorang dari kita melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi sekarang mungkin ia akan mendapatkan pahala.

Akan tetapi Allah menegur Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan menjelaskan bahwa ijtihad beliau 'alahis solaatu was salaam adalah ijtihad yang salah. Tidak sepantasnya Nabi membiarkan seorang buta yang semangat lalu berpaling kepada orang kafir terpandang.

No comments:

Post a Comment