Dikelola Humas DPW PKS Sulawesi Utara. Powered by Blogger.

Taqwa yang Sebenar-benar Taqwa

Oleh Dr. KH. Atabik Luthfi, MA.

ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته وﻻ تموتن إﻻ وأنتم مسلمون

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian meninggal melainkan dalam keadaan muslim". (Ali Imran: 102)

Perintah bertaqwa merupakan perintah yang tertinggi yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman, untuk mengangkat derajat mereka menuju 'muttaqin' orang-orang yang bertaqwa. Karena hanya orang yang bertaqwa yang disebut langsung oleh Al-Qur'an berada dalam surga. Seperti firman Allah swt: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam surga yang penuh dengan kenikmatan". (Ath-Thur: 17)

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang  bertaqwa yang berada di dalam surga yang penuh dengan mata air". (Adz-Dzariyat: 15).

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bertaqwa yang akan berada dalam surga yang dikelilingi sungai-sungai". (Al-Qamar: 54).

Dan ayat-ayat yang lainnya.

Sedangkan penyebutan orang yang beriman selalu dirangkaikan dengan amal shalih. Seperti firman Allah swt "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih bagi mereka surga firdaus sebagai tempat kembali.". (Al-Kahfi: 107)).

Orang-orang masih diuji dengan amal shalih untuk mencapai taqwa.

Perintah bertaqwa kepada kepada orang-orang yang beriman di dalam Al-Qur'an berulang sebanyak enam kali. Masing-masing dikaitkan dengan perintah berbuat kebaikan.

Pertama, Perintah bertaqwa yang dikaitkan dengan meninggalkan riba yang tersisa di zaman jahiliah: "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan apa-apa yang tersisa dari perbuatan riba kalian jika kalian benar-benar orang yang beriman". (Al-Baqarah: 278).

Kedua, Perintah bertaqwa yang dirangkaikan dengan perintah agar tidak meninggal melainkan dalam keadaan beragama Islam (Ali Imran: 102).

Ketiga, Perintah bertaqwa yang dikaitkan dengan perintah agar berkata-kata yang benar. (Al-Ahzab: 70).

Keempat, Perintah bertaqwa yang dikaitkan dengan perintah agar senantiasa bergaul dengan orang-orang yang benar dan jujur. (At-Taubah: 119).

Kelima, Perintah bertaqwa yang dikaitkan dengan perintah beriman kepada Rasulullah. (Al-Hadid: 28).

Keenam, Perintah bertaqwa yang dikaitkan dengan perintah agar memperhatikan apa yang dipersiapkan untuk esok hari atau hari kiamat. (Al-Hasyr: 18)

Yang menarik, hanya satu ayat yaitu ayat 102 surat Ali Imran yang menjadi ayat kunci pembahasan di atas yang menyebut standar dan esensi taqwa yang dikehendaki oleh Allah dalam perintah taqwa, yaitu taqwa yang sungguh-sungguh dan sebenarnya. Sedangkan semua ayat lain yang berisi perintah bertaqwa kepada orang-orang yang beriman disebutkan secara umum 'bertaqwalah'. Dalam arti bertaqwa yang bagaimana, atau apa standar taqwa yang diperintahkan, dan sebagainya tidak disebutkan secara spesifik.

Apa dan bagaimana taqwa yang sebenarnya yang diperintahkan oleh Allah secara khusus dengan redaksi yang berbeda di ayat 102 surat Ali Imran?. Apakah kita termasuk yang sedang menjalankan taqwa yang sungguh-sungguh?. Semangat kita dalam menjalankan kebaikan apa pun adalah agar kita termasuk golongan yang sedang dan terus berusaha menjalankan taqwa yang haqqa tuqaatih.

Dalam konteks tafsir bil ma'tsur dengan hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka penjabaran dan penjelasan terhadap taqwa yang sungguh-sungguh dapat dirujuk ke hadits shahih berikut ini. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

 اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن

"Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah setiap keburukan itu dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskannya, pergauliah manusia dengan akhlak yang mulia". (HR. Tirmidzi)

Berdasarkan hadits di atas, terdapat tiga tanda atau ciri seseorang termasuk yang sedang menjalankan taqwa yang sungguh-sungguh: Pertama, Ia selalu berusaha dalam keadaan menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun (حيثما كنت ). karena perbedaan waktu, tempat, dan  keadaan dapat mempengaruhi taqwa seseorang. Tiga aspek inilah yang menjadi batu ujian orang-orang yang beriman.

Kedua, Dampingi dan iringi segera kesalahan atau keburukan yang dilakukan dengan kebaikan untuk menutupi dan menghapuskannya, sebagaimana janji Allah swt dalam firmanNya: "Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu dapat menghapus keburukan-keburukan". (Hud: 114). Hadits dan ayat ini menunjukkan bahwa manusia yang sedang berusaha menjalankan taqwa bukan berarti seseorang yang tidak mungkin bersalah. Tetapi atas kesalahan yang dilakukannya ia segera tanpa menunda-nunda bertaubat memohon ampun kepada Allah seraya menambah kebaikan.

Namun perlu dipahami bahwa masing-masing kebaikan dan keburukan ada nilai atau skor yang berbeda tergantung berat atau ringan amal baik dan buruk tersebut di mata Allah swt. Oleh karena itu, setiap melakukan kesalahan, segera meningkatkan dan memperbanyak amal kebaikan agar dapat menutupi dan menghapuskan kesalahan tersebut.

Ketiga, Bergaul dengan manusia dengan menunjukkan akhlak yang mulia sebagai cermin dari ketaqwaannya kepada Allah swt. Karenanya, banyak hadits Rasulullah yang mengaitkan antara taqwa dan akhlak yang mulia. Diantaranya sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: "Yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah taqwa kepada Allah dan berakhlak mulia". (HR. Bukhari).

Disini orang yang bertaqwa justru dituntut untuk banyak bergaul, berkomunikasi, dan bersilaturahim dengan siapapun dengan sebuah komitmen tetap menunjukkan akhlak yang baik kepada siapapun. Semoga kita termasuk yang sedang menjalankan taqwa yang sungguh-sungguh dengan mengamalkan petunjuk hadits Rasulullah sehingga termasuk yang mendapatkan balasan surga seperti yang dijanjikan oleh Allah kepada orang yang bertaqwa. Amiin.

Disadur dari buku Tafsir Irsyadi.


No comments:

Post a Comment