SAJAK SAJAK MUHARRAM
REFLEKSI
Bulan-bulan begitu gegas menjauh, meninggalkan perih luka langit semesta
Sepotong waktu yang mengalirkan hidayah, belum purna membasuh noda
Sementara negeriku masih berlumur ketidakpastian, jiwa-jiwa merana, hampa asa
Muharram, engkau datang dalam balutan pagi nan putih semerbak
Namun mata hati masih lelap terbuai, termanipulasi mimpi palsu
Inilah potret buram, bertumpuk make-up mempercantik diri; menipu Tuhan
Apa yang bisa kami persembahkan kepada kasih sang Nabi
Perjuangan kami masih di ambang fatamorgana, lumrah berburu dunia
Menghanguskan bangunan amal yang kami jangkau dengan susah payah
Minahasa Utara, 2 Oktober 2016
1438 H
Tahun adalah akumulasi angka nafas kita, aroma peradaban insani
Beribu bahasa tercipta di ruang jiwa, membaca isyarat tahun
Pancaran hidup yang berkurang, menembus cahaya kegelapan, melipat sunyi
Bersegera mencipta momentum muhasabah, melukis metafora diorama sang syaikh
Semalam menabur janji memenuhi batok kepala dengan indahnya cita-cita
Bagaimana membangun bangsa meski tumpuan kaki lemah bertelanjang duri
Teramat jauh kenangan meninggalkan kita yang rindu di sini
Aku adalah lelaki dan perempuan, terus belajar membuka kitab
Merancang fragmen inspirasi, mengintervensi diri, kokoh berjuang melawan konspirasi
Minahasa Utara, 2 Oktober 2016
AEH
Bulan-bulan begitu gegas menjauh, meninggalkan perih luka langit semesta
Sepotong waktu yang mengalirkan hidayah, belum purna membasuh noda
Sementara negeriku masih berlumur ketidakpastian, jiwa-jiwa merana, hampa asa
Muharram, engkau datang dalam balutan pagi nan putih semerbak
Namun mata hati masih lelap terbuai, termanipulasi mimpi palsu
Inilah potret buram, bertumpuk make-up mempercantik diri; menipu Tuhan
Apa yang bisa kami persembahkan kepada kasih sang Nabi
Perjuangan kami masih di ambang fatamorgana, lumrah berburu dunia
Menghanguskan bangunan amal yang kami jangkau dengan susah payah
Minahasa Utara, 2 Oktober 2016
1438 H
Tahun adalah akumulasi angka nafas kita, aroma peradaban insani
Beribu bahasa tercipta di ruang jiwa, membaca isyarat tahun
Pancaran hidup yang berkurang, menembus cahaya kegelapan, melipat sunyi
Bersegera mencipta momentum muhasabah, melukis metafora diorama sang syaikh
Semalam menabur janji memenuhi batok kepala dengan indahnya cita-cita
Bagaimana membangun bangsa meski tumpuan kaki lemah bertelanjang duri
Teramat jauh kenangan meninggalkan kita yang rindu di sini
Aku adalah lelaki dan perempuan, terus belajar membuka kitab
Merancang fragmen inspirasi, mengintervensi diri, kokoh berjuang melawan konspirasi
Minahasa Utara, 2 Oktober 2016
AEH
No comments:
Post a Comment